“Hufft.... capeknya habis bersih-bersih, ya aku baru saja pindah ke apartemen ini, apartemen ini lumayan sih, walaupun kecil namun cukup bersih, namun ada beberapa sudut yang perlu ditata ulang”.Aku bergumam dalam hati, habis bersih2 aku mencoba melepas penat sejenak, kusingkapkan tirai jendela sedikit tiba2 mataku menangkap sesuatu, ya ada bayangan di seberang sana, bayangannya samar2, tepatnya diseberang kamar apartemenku yang hanya dipisahkan bangunan kosong atau tepatnya lapangan kecil, mungkin untuk tempat olahraga.
Tiba-tiba bayangan itu menghilang aq mencoba mencari2nya dengan pandanganku, aku sembunyikan wajahku dibalik tirai, setelah 20 menit berlalu bayangan itu tak kunjung muncul, aku tertawa geli, kenapa aku menjadi seorang penguntit disini, jika ada yang melihatku, betapa malunya aku, sudahlah aku beranjak untuk segera mandi, dan setelah itu aku mencoba tidur.
Hari-hari aku lalui seperti biasa, tidak ada yang yang salah, namun pada minggu ke tiga aku di apartemen ini terjadi keanehan, sebelum aku tidur aku mencoba memandang ke kamar diserang sana, kembali mataku menangkap bayangan itu namun lenyap seketika, aku bergidik ngeri lalu aku memutuskan untuk beranjak tidur karena besok aku bekerja.
Entah berapa lama aku tertidur, akupun terbangun, aku meraih jam wekker yang selalu aku taruh dimeja kecil di sebelah ranjangku, aku tidak menemukannya, akupun mencoba mencari phoneku yang biasanya aku taruh di bawah bantalku, sekali lagi akupun tidak menemukannya, namun ada yang aneh aku membaui sesuatu baunya amis sekali, dan..... ditanganku ada cairan yang begitu lengket aku rasa.
Apa ini kenapa piyama tidurku juga lembab, dan kenapa ruangan gelap sekali, aku selalu membiarkan bohlam 5 watt menyala jika aku tidur, aku mencari saklar lampu aku menemukannya, saat lampu hidup...........,,,,,,,,,, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa dimana ini, ini bukan dikamarku, kenapa banyak darah di sekujur tubuhku, aku menatap ke luar jendela, oh tuhan bukankah diseberang sana adalah kamar apartemenku, ada boneka pinokio besar yang aku gantungkan di kusen pintunya, berarti aku sekarang berada di kamar apartemen yang,,,,,,,,,aku tak sempat lagi berpikir aku berlari keluar sekuat tenagaku.
Sampailah aku di kamarku, aku segera mencuci darah itu, dan gaun tidur yang bukan milikku yang berlumuran darah itu aku buang,karena seingatku tadi aku tidur dengan piyama, tapi tidak ada luka yang aku temukan sedikitpun di tubuhku, aku pergi kekamar melihat jam wekker yang menunjukkan pukul 03;15 dinihari, aku bergidik ngeri mengingat kejadian yang baru saja menimpaku, akupun terduduk lemah diranjangku.
Masih terlalu pagi namun aku mendengar suara ribut2 di luar, setelah aku mencoba mencari tahu ternyata semalam terjadi pembunuhan sadis terhadap seorang pria aku melihat ke tempat pria itu terbaring, persendian tulang2nya seperti sengaja dihancurkan, lehernya patah dan kepalanya tertekuk ke bahu kirinya, dan parahnya lagi semua tubuhnya penuh luka sayatan dengan mata mendelik, aku bergidik ngeri takut sekali, nyaris muntah, ada polisi di situ , tiba2 aku sadar dengan darah disekujur tubuhku semalam, aku langsung menjauh dari sana dan berlari kekamarku, jujur aku takut membayangkan hal terburuk akan terjadi dalam hidup ku, aku segera mengunci pintu kamar.
Beberapa hari setelah itu aku mendengar desas desus bahwa polisi masih menyelidiki kasus tersebut
Beberapa hari setelah itu pada malam harinya, akupun terbangun dari tidurku aku berada di pojok ruangan yang gelap, saat aku menyalakan lampu ternyata aku kembali berada di kamar apartemen diseberang kamarku, aku kembali menemukan diriku berlumuran darah, akupun berlari keluar dan menuju kamarku sehingga aku nyaris tersungkur di depan pintu kamar ku, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan darah yang berada di sekujur tubuhku, dan lagi-lagi aku mengenakan gaun waktu itu, bukankah aku sudah membuangnya?
Bukankah aku sudah membuang gaunnya......................, aku terkulai lemas, aku takut mencoba untuk tidur, ya aku masih takut jika aku terbangun nanti dan aku kembali menemukan diriku di kamar itu, hingga aku terkejut mendengar sirine polisi yang meraung2 ternyata polisi itu menuju kamar apartemen seberang empat kamar dari kamar itu ditemukan lagi tubuh pria korban pembunuhan, yang ini lebih parah, selain luka sayatan diseluruh tubuhnya jantungnyapun seolah dicabut dari rongga dadanya, dan tergeletak begitu saja disamping tubuhnya yang sudah membiru.
Akupun berlari ke kamarku, untuk beberapa hari kedepan aku tidak masuk bekerja, aku mengurung diri dikamarku, mencoba untuk tidak tertidur, aku lakukan apa saja untuk membuat mataku tetap terjaga, namun aku kalah pada hari keempat aku menemukan diriku kembali berlumuran darah di kamar yang sama pada kejadian-kejadian sebelumnya, di depanku ada tubuh seorang pria berlumuran darah, darahnya mengalir kesetiap sudut ruangan, matanya mendelik, dan,,,,, antara perut dan pingganggnya ada celah besar, sepertinya bagian itu mau lepas, ususnya kelihatan, ditanganku ada pisau besar bergerigi, aku membuang pisau itu aku menjerit histeris, kemudian hanya gelap yang aku lihat, saat aku bangun aku sudah berada di kantor polisi, semua yang ada diruangan itu hanya diam menatapku.
Dua hari aku diintrogasi dan aku tak menjawab apapun, karena aku memang tak tahu apa yang harus aku jawab, lalu tak lama seorang dari mereka berkata padaku,
“ Nona, kami tidak bisa percaya dan mengerti semua ini, dalam minggu ini terjadi beberapa kasus pembunuhan yang sadis dan mengerikan disekitar apartement yang anda tempati, dari ketiga kasus pembunuhan itu korban dibunuh dengan senjata yang sama, dan pada korban terkhir ada anda disitu dengan pisau ditangan anda, berlumuran darah, itu adalah pisau yang dipakai untuk membunuh para korban, keanehannya adalah tidak ditemukan sidik jari anda pada pisau itu, jadi kami tidak bisa menetapkan anda sebagai tersangka, tapi tolong ceritakan kepada kami kenapa anda berada di situ ?”.
Aku tidak merespon apa-apa karena tidak ada yang bisa aku jelaskan. Karena memang tidak ada yang bisa aku katakan,,,,. Dua minggu setelah kejadian itu aku mendapat panggilan dari polisi, aku segera memenuhi panggilan itu, dikantor polisi aku bertemu seorang pria yang tangannya terborgol, pria itu terlihat pucat dan ketakutan, wajahnya terlihat tirus, matanya cekung mungkin sudah beberapa hari tidak tidur, bahkan mungkin tidak makan sepertinya ia sedang menahan rasa takut yang dalam, dari seorang polisi aku ketahui bahwa ia mengaku tiga korban itu adalah temannya, dia takut hal yang sama terjadi padanya.
Pria itu bercerita dua hari sebelum aku pindah keapartement itu, mereka membunuh seorang wanita yang sedang hamil muda, di kamar apartemen di seberang kamarku, awalnya mereka hendak memperkosa wanita itu namun ia terus meronta dan melawan, karena kesal mereka menyumpal mulutnya lalu memukulnya, wanita itu pingsan karena takut dan hendak menghilangkan saksi mereka membunuhnya lalu memutilasi tubuhnya, dan potongan tubuhnya mereka simpan dibelakang lemari sebelumnya mereka sempat menyemennya, saat itu suami wanita itu pulang, dan karena mereka kalut merekapun membacok suaminya lalu melakukan hal yang sama pada suami wanita itu, kejadiannya pukul 03;15 dinihari.
Terselesaikanlah sudah misteri apartement itu, aku bernafas lega, aku kembali pulang ke apartementku, dan aku mencoba tidur, saat aku terbangun, kembali aku memenemukan diriku dikamar seberang ini, dengan tubuh berlumuran darah, aku berlari ke kamarku, aku membersihkan diri, dan karena didera rasa takut dan capek aku kembali tertidur, sebelum aku tidur aku melihat jarum jam menunjukkan pukul 03;15 dinihari.
Pagi harinya aku terbangun saat aku menghidupkan TV dan memutar chanel lokal, ada berita telah terjadi pembunuhan di sebuah penjara korbannya seorang pria, semua tubuhnya ditemukan luka sayatan, matanya mendelik, serta kepalanya nyaris putus dari lehernya, tidak diketahui siapa pelakunya, tidak seorangpun mendengar dan melihat kejadian itu, polisipun tak bisa berbuat apa-apa.
Akupun hanya bisa terdiam, malam harinya saat aku beranjak untuk tidur aku memandang jauh ke kamar itu, di sana aku melihat seorang wanita cantik dan ia seolah tersenyum padaku, matanya menyiratkan terima kasih, ya terima kasih karena dendamnya sudah terbalaskan melalui ragaku.
S E L E S A I.
Komentar
Posting Komentar