Namaku Rina, kejadian ini ketika disela-sela akhir semester menuju pembagian raport yang kebetulan juga saat aku sedang haid. Aku seorang pelajar SMA kelas 2 dan tinggal bersama kedua orang tuaku. Sebelumnya aku tidak mempercayai mitos-mitos tentang darah haid yang katanya bisa mengundang kuntilanak karena kuntilanak menyukai bebauan seperti darah haid.
Pagi hari sebelum berangkat sekolah, aku selalu sarapan bersama kedua orang tuaku sekitar pukul 6 pagi. Aku yang sedang haid saat itu entah kenapa rasanya seperti ingin mengganti pembalut padahal belum ada sejam aku memakai pembalut ini, karena tidak nyaman maka aku memilih mengganti pembalut di kamar mandi. Aku yang seorang pemalas sehingga aku butuh waktu sangat amat lama di kamar mandi hanya untuk mengganti pembalut, saking lamanya hingga aku diteriaki ibuku kalau aku harus segera berangkat karena waktu sudah menunjukkan hampir setengah 7. Setelah mendengar teriakan ibu, akupun langsung mempercepat gerakanku, karena bingung ingin membuang kemana pembalut maka aku masukkan saja kedalam kantong kresek yang kemudian aku bawa dan aku taruh disudut kamarku.
Ku nyalakan sepeda motorku menuju sekolahku, ya aku sudah mempunyai KTP dan SIM untuk mengendarai motor matic kesayanganku. Seperti biasanya aku berkendara layaknnya seorang pelajar yang sudah telat masuk ke sekolah walaupun sebenarnya di sekolahpun bebas tidak ada KBM. “Tiiinnnn” suara klakson motorku memecah gerombolan pelajar lainnya di depan gerbang sekolah, setelah memarkirkan motor akupun lega “ah untung kagak telat”. Saat aku berdiri, aku melihat jok motorku seperti ada noda, ya itu adalah noda darah haid. “ah sialan! Bocor nih” ucapku dalam hati. “Hey rin! Napa lu?” tanya seorang temanku, Resti namanya. “anjir, bocor nih gue!” jawabku, “nih nih (sambil memberikan sebuah pembalut yang dibungkus plastic) pake punya gue, lu ganti olahraga aja. Kalau ditegur pak Amin tinggal bilang aja abis bocor gitu”, “oke-oke, anterin gue dulu dong ke kamar mandi” ajakku, “yaudah ayok!”. Saat sampai di kamar mandi, temanku, Resti, tidak ikut masuk tetapi hanya menunggu di depan pintu kamar mandi yang aku kunci.
Kamar mandi di sekolahku memang diberikan sebuah cermin kecil untuk berkaca atau merapihkan seragam seusai membuang air, saat aku mengganti pembalut rasanya ada yang aneh. Iya, pembalutku tidak penuh dan aku baru sadar kalau celana dalam yang aku pakaipun tidak tembus darah tapi kenapa rok abu-abu yang aku pakai dan jok motor ada darahnya?. Karena merasa aneh, aku tetap mengganti pembalut dan mengganti seragam putih abuku menjadi olahraga.
Saat di kelas, aku ceritakan semuanya kepada Resti. Dimulai dari saat pagi hari tiba-tiba pembalut yang aku pakai jadi penuh darah, jok dan rok yang ada darahnya sedangan celana dalam dan pembalut yang aku pakai tidak ada darahnya. Tapi Resti yang seorang maniak pada hal-hal ghaib pun mulai menghubungkan dengan mitos haid dan kuntilanak, aku tidak takut justru ketawa karena mana ada kuntilanak pagi-pagi gini. Resti terus meyakinkan aku bahwa itu semua ulah kuntilanak, dia pernah membaca sebuah cerita bahwa seorang perempuan tiba-tiba kesurupan karena tidak membuang pembalut bekas haidnya. Ketika mendengar cerita Resti tersebut, aku langsung bilang kepada Resti bahwa aku tidak membuang pembalutku tadi pagi dan Resti jadi kesal dan terus menakut-nakuti diriku.
Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang melainkan main terlebih dahulu hingga pulang sore sekitar pukul 5 sore. (tok tok tok, bunyi pintu rumah yang aku ketuk) aku ketuk berulang-ulang tetap tidak ada yang menjawab atau membukakan pintu, aku telpon ibu dan katanya ibu dan bapak sedang ada acara hingga larut malam sehingga kunci pintu ditaruh diatas pot yang digantung dan sudah disediakan makanan di dapur. Setelah dapat masuk ke dalam rumah, akupun bermalas-malasan.
Suara adzan maghrib terdengar sedangkan aku masih memakai seragam dan belum mandi, karena gatal akhirnya aku putuskan untuk mandi menyegarkan badan yang lelah ini. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, sepintas aku teringat pembalut bekas haid tadi pagi tapi sudah tidak ada. “ah paling udah diambil ibu” pikirku saat itu. Aku nyalakan shower, tak lama saat sedang mandi rasanya seperti ada yang menggedor-gedor pintu depan rumah. Karena penasaran maka aku matikan shower agar lebih terdengar dan ternyata benar ada yang menggedor-gedor, aku teriak “iya sebentar ya!” dan langsung mengeringkan badan serta memakai tanktop dan celana karena mengira kalau ibu dan bapak pulang, saat aku buka pintu ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Tak peduli apapun itu, aku kembali ke kamar, karena males melanjutkan mandi jadi aku lebih memilih menonton tv, belum lama menonton aku mendengar suara Resti memanggil, saat aku keluar ya ada Resti disana. Dia ingin menginap semalam dirumahku karena orang tuanya pergi ke luar kota hingga besok dan dia tidak berani tidur sendiri di rumahnya. Dengan senang hati aku terima dan aku suruh dia masuk.
Saat kita sedang asik menonton tv, aku ceritakan lagi apa yang aku alami tidak lama ini kepada Resti. Saat sedang bercerita, seketika bau amis tercium, bau amis darah haid sangat tajam tercium bahkan membuat aku dan Resti seperti ingin muntah. “Rin, bau apa sih?!” karena aku tidak tau maka aku hanya menggelengkan kepala, seketika bau itu hilang dan terdengar pintu seperti ada yang menggedor sangat kencang. “Res, plis gue takut banget! Tadi waktu gue mandi, ada yang gedor juga tapi gak ada orang!” ucapku kepada Resti sambil menutup kedua mataku seperti hendak menangis. “tenang rin, ada gue disini! Gue buka ya” saat Resti bilang seperti itu, aku menarik tangannya sambil bilang “jangan res!” tapi dia tetep kekeuh (keras kepala) ingin membuka pintu. Saat terdengar pintu terbuka, aku menangis karena ketakutan, tiba-tiba sunyi. Aku mencoba melihat ke pintu dan hanya terlihat pintu terbuka dan Resti berdiri mematung menghadap keluar.
Aku bener-bener ketakutan, aku sentuh pundaknya dan aku putar badannya terlihat mukanya penuh tatapan kosong. Aku berulang-ulang teriak memanggil namanya namun tetap tidak ada apa-apa, tiba-tiba resti berteriak “AAAAAAA!!!!!” kemudian matanya menjadi sangat lentik dan gerak badannya yang sangat anggun dia berjalan berputar sambil mengepakkan tangannya seperti dia mempunyai sayap, “hihihihi!!!” suara tawa yang melengking keluar dari mulutnya. Aku berteriak dan menangis sangat amat kencang hingga membuat beberapa tetanggaku keluar dari rumahnya dan berusaha menolong aku. Seorang bapak-bapak yang baru saja pulang dari masjid yang aku tidak tau namanya, beliau menyeretku keluar dari rumah dan menyuruh warga lainnya menenangkan aku. “kamu kenapa?” “ada apa?” pertanyaan yang aku dengar dari warga lainnya secara berantai, karena masih panik dan kaget aku berteriak “diaam!!!” sambil menangis baru warga diam dan menenangkanku. Aku berdiri dan melihat seorang bapak-bapak yang tadi menolongku seperti sedang berusaha menyadarkan Resti, “Balikkin dia (aku) ke aku!!” teriak resti yang sedang disadarkan oleh bapak-bapak itu. Aku tidak mendengar dengan jelas bapak-bapak itu mengatakan apa saja, yang aku tangkap hanya menanyakan siapa yang merasuki Resti dan tujuannya apa. Akupun mendengar jawabannya yaitu “hihihi! Aku kunti!!! Aku suka sama darahnya!!!!!” aku langsung lemas mendengar itu dan seketika pingsan.
“neng, bangun. Bangun neng” bapak-bapak tadi menyadarkan aku dari pingsanku. “kamu gak apa-apa? Semuanya udah aman kok, temenmu juga sudah sadar lagi”, aku duduk dan menyender ke dinding bertanya “kenapa pak tadi?”. “bapak tau kamu sedang haid, dan tidak menjaga kebersihan dengan baik. Kamu enggak membuang pembalutmu kan? Bapak menemukannya tadi disudut kamar kamu, kunti itu yang menunjukkannya. Dia bilang kalau dia memang suka dengan bebauan seperti darah haid” jawab bapak-bapak tersebut. Aku hanya mengangguk. “itu ibu sama ayahmu juga udah dateng, kamu yang tenang ya, jangan lupa buat jaga kebersihan. Karena kotoran itu adalah makanan kesukaan setan” pesan terakhir dari bapak-bapak itu, kemudian beliau berdiri dan bersalaman dengan orang tuaku dan pergi begitu saja. Keadaan Resti juga sudah sangat baik, tinggal aku sendiri yang masih terkujur lemas diatas Kasur.
Sekitar setengah jam kemudian, aku merasakan sudah segar. Aku dan Resti tidur sekamar, kami tidak takut lagi dengan ancaman-ancaman yang datang dari makhluk ghaib tersebut. Kami mendapatkan sebuah pelajaran bahwa kebersihan itu sangat penting, jangan membiarkan setan mendapatkan makanannya dirumah yang kita tinggali.
-------------------------------------------------
Punya cerita mistis? ingin ceritanya diposting? kirim cerita kamu ke email richieimani1.ri@gmail.com . jangan lupa untuk menceritakan secara bertahap agar mudah dipahami pembaca.
Pagi hari sebelum berangkat sekolah, aku selalu sarapan bersama kedua orang tuaku sekitar pukul 6 pagi. Aku yang sedang haid saat itu entah kenapa rasanya seperti ingin mengganti pembalut padahal belum ada sejam aku memakai pembalut ini, karena tidak nyaman maka aku memilih mengganti pembalut di kamar mandi. Aku yang seorang pemalas sehingga aku butuh waktu sangat amat lama di kamar mandi hanya untuk mengganti pembalut, saking lamanya hingga aku diteriaki ibuku kalau aku harus segera berangkat karena waktu sudah menunjukkan hampir setengah 7. Setelah mendengar teriakan ibu, akupun langsung mempercepat gerakanku, karena bingung ingin membuang kemana pembalut maka aku masukkan saja kedalam kantong kresek yang kemudian aku bawa dan aku taruh disudut kamarku.
Ku nyalakan sepeda motorku menuju sekolahku, ya aku sudah mempunyai KTP dan SIM untuk mengendarai motor matic kesayanganku. Seperti biasanya aku berkendara layaknnya seorang pelajar yang sudah telat masuk ke sekolah walaupun sebenarnya di sekolahpun bebas tidak ada KBM. “Tiiinnnn” suara klakson motorku memecah gerombolan pelajar lainnya di depan gerbang sekolah, setelah memarkirkan motor akupun lega “ah untung kagak telat”. Saat aku berdiri, aku melihat jok motorku seperti ada noda, ya itu adalah noda darah haid. “ah sialan! Bocor nih” ucapku dalam hati. “Hey rin! Napa lu?” tanya seorang temanku, Resti namanya. “anjir, bocor nih gue!” jawabku, “nih nih (sambil memberikan sebuah pembalut yang dibungkus plastic) pake punya gue, lu ganti olahraga aja. Kalau ditegur pak Amin tinggal bilang aja abis bocor gitu”, “oke-oke, anterin gue dulu dong ke kamar mandi” ajakku, “yaudah ayok!”. Saat sampai di kamar mandi, temanku, Resti, tidak ikut masuk tetapi hanya menunggu di depan pintu kamar mandi yang aku kunci.
Kamar mandi di sekolahku memang diberikan sebuah cermin kecil untuk berkaca atau merapihkan seragam seusai membuang air, saat aku mengganti pembalut rasanya ada yang aneh. Iya, pembalutku tidak penuh dan aku baru sadar kalau celana dalam yang aku pakaipun tidak tembus darah tapi kenapa rok abu-abu yang aku pakai dan jok motor ada darahnya?. Karena merasa aneh, aku tetap mengganti pembalut dan mengganti seragam putih abuku menjadi olahraga.
Saat di kelas, aku ceritakan semuanya kepada Resti. Dimulai dari saat pagi hari tiba-tiba pembalut yang aku pakai jadi penuh darah, jok dan rok yang ada darahnya sedangan celana dalam dan pembalut yang aku pakai tidak ada darahnya. Tapi Resti yang seorang maniak pada hal-hal ghaib pun mulai menghubungkan dengan mitos haid dan kuntilanak, aku tidak takut justru ketawa karena mana ada kuntilanak pagi-pagi gini. Resti terus meyakinkan aku bahwa itu semua ulah kuntilanak, dia pernah membaca sebuah cerita bahwa seorang perempuan tiba-tiba kesurupan karena tidak membuang pembalut bekas haidnya. Ketika mendengar cerita Resti tersebut, aku langsung bilang kepada Resti bahwa aku tidak membuang pembalutku tadi pagi dan Resti jadi kesal dan terus menakut-nakuti diriku.
Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang melainkan main terlebih dahulu hingga pulang sore sekitar pukul 5 sore. (tok tok tok, bunyi pintu rumah yang aku ketuk) aku ketuk berulang-ulang tetap tidak ada yang menjawab atau membukakan pintu, aku telpon ibu dan katanya ibu dan bapak sedang ada acara hingga larut malam sehingga kunci pintu ditaruh diatas pot yang digantung dan sudah disediakan makanan di dapur. Setelah dapat masuk ke dalam rumah, akupun bermalas-malasan.
Suara adzan maghrib terdengar sedangkan aku masih memakai seragam dan belum mandi, karena gatal akhirnya aku putuskan untuk mandi menyegarkan badan yang lelah ini. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, sepintas aku teringat pembalut bekas haid tadi pagi tapi sudah tidak ada. “ah paling udah diambil ibu” pikirku saat itu. Aku nyalakan shower, tak lama saat sedang mandi rasanya seperti ada yang menggedor-gedor pintu depan rumah. Karena penasaran maka aku matikan shower agar lebih terdengar dan ternyata benar ada yang menggedor-gedor, aku teriak “iya sebentar ya!” dan langsung mengeringkan badan serta memakai tanktop dan celana karena mengira kalau ibu dan bapak pulang, saat aku buka pintu ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Tak peduli apapun itu, aku kembali ke kamar, karena males melanjutkan mandi jadi aku lebih memilih menonton tv, belum lama menonton aku mendengar suara Resti memanggil, saat aku keluar ya ada Resti disana. Dia ingin menginap semalam dirumahku karena orang tuanya pergi ke luar kota hingga besok dan dia tidak berani tidur sendiri di rumahnya. Dengan senang hati aku terima dan aku suruh dia masuk.
Saat kita sedang asik menonton tv, aku ceritakan lagi apa yang aku alami tidak lama ini kepada Resti. Saat sedang bercerita, seketika bau amis tercium, bau amis darah haid sangat tajam tercium bahkan membuat aku dan Resti seperti ingin muntah. “Rin, bau apa sih?!” karena aku tidak tau maka aku hanya menggelengkan kepala, seketika bau itu hilang dan terdengar pintu seperti ada yang menggedor sangat kencang. “Res, plis gue takut banget! Tadi waktu gue mandi, ada yang gedor juga tapi gak ada orang!” ucapku kepada Resti sambil menutup kedua mataku seperti hendak menangis. “tenang rin, ada gue disini! Gue buka ya” saat Resti bilang seperti itu, aku menarik tangannya sambil bilang “jangan res!” tapi dia tetep kekeuh (keras kepala) ingin membuka pintu. Saat terdengar pintu terbuka, aku menangis karena ketakutan, tiba-tiba sunyi. Aku mencoba melihat ke pintu dan hanya terlihat pintu terbuka dan Resti berdiri mematung menghadap keluar.
Aku bener-bener ketakutan, aku sentuh pundaknya dan aku putar badannya terlihat mukanya penuh tatapan kosong. Aku berulang-ulang teriak memanggil namanya namun tetap tidak ada apa-apa, tiba-tiba resti berteriak “AAAAAAA!!!!!” kemudian matanya menjadi sangat lentik dan gerak badannya yang sangat anggun dia berjalan berputar sambil mengepakkan tangannya seperti dia mempunyai sayap, “hihihihi!!!” suara tawa yang melengking keluar dari mulutnya. Aku berteriak dan menangis sangat amat kencang hingga membuat beberapa tetanggaku keluar dari rumahnya dan berusaha menolong aku. Seorang bapak-bapak yang baru saja pulang dari masjid yang aku tidak tau namanya, beliau menyeretku keluar dari rumah dan menyuruh warga lainnya menenangkan aku. “kamu kenapa?” “ada apa?” pertanyaan yang aku dengar dari warga lainnya secara berantai, karena masih panik dan kaget aku berteriak “diaam!!!” sambil menangis baru warga diam dan menenangkanku. Aku berdiri dan melihat seorang bapak-bapak yang tadi menolongku seperti sedang berusaha menyadarkan Resti, “Balikkin dia (aku) ke aku!!” teriak resti yang sedang disadarkan oleh bapak-bapak itu. Aku tidak mendengar dengan jelas bapak-bapak itu mengatakan apa saja, yang aku tangkap hanya menanyakan siapa yang merasuki Resti dan tujuannya apa. Akupun mendengar jawabannya yaitu “hihihi! Aku kunti!!! Aku suka sama darahnya!!!!!” aku langsung lemas mendengar itu dan seketika pingsan.
“neng, bangun. Bangun neng” bapak-bapak tadi menyadarkan aku dari pingsanku. “kamu gak apa-apa? Semuanya udah aman kok, temenmu juga sudah sadar lagi”, aku duduk dan menyender ke dinding bertanya “kenapa pak tadi?”. “bapak tau kamu sedang haid, dan tidak menjaga kebersihan dengan baik. Kamu enggak membuang pembalutmu kan? Bapak menemukannya tadi disudut kamar kamu, kunti itu yang menunjukkannya. Dia bilang kalau dia memang suka dengan bebauan seperti darah haid” jawab bapak-bapak tersebut. Aku hanya mengangguk. “itu ibu sama ayahmu juga udah dateng, kamu yang tenang ya, jangan lupa buat jaga kebersihan. Karena kotoran itu adalah makanan kesukaan setan” pesan terakhir dari bapak-bapak itu, kemudian beliau berdiri dan bersalaman dengan orang tuaku dan pergi begitu saja. Keadaan Resti juga sudah sangat baik, tinggal aku sendiri yang masih terkujur lemas diatas Kasur.
Sekitar setengah jam kemudian, aku merasakan sudah segar. Aku dan Resti tidur sekamar, kami tidak takut lagi dengan ancaman-ancaman yang datang dari makhluk ghaib tersebut. Kami mendapatkan sebuah pelajaran bahwa kebersihan itu sangat penting, jangan membiarkan setan mendapatkan makanannya dirumah yang kita tinggali.
-------------------------------------------------
Punya cerita mistis? ingin ceritanya diposting? kirim cerita kamu ke email richieimani1.ri@gmail.com . jangan lupa untuk menceritakan secara bertahap agar mudah dipahami pembaca.
Komentar
Posting Komentar